SIKAP KERAS TUBAGUS CHASAN SOCHIB



CHASAN JAWARA
‘PENTAGON’
    Tahta Ratu Atut Chosiyah tidak bisa dipisahkan dari peran sang ayah, Tubagus Chasan Sochib. Tanpa Chasan, Atut tidak mungkin menjadi Wakil Gubernur Banten dan kemudian menjadi gubernur sampai sekarang. Chasan merupakan anak pasangan Tubagus Sochib dan Ratu Rofiah. Ayah pria asal Pabuaran, Kabupaten Serang, itu adalah pedagang beras. Nama asli Tubagus Chasan adalah Kasan. Ia pernah masuk penjara. “Bukan di Nusakambangan, di Cipinang, mah,” kata Uu Mangkusasmita, sahabat dan kerabat Chasan.
     Uu menceritakan, pada 1970-an Chasan terjun dalam usaha penggilingan padi di Ciomas. Sekitar tahun 1977, Chasan membentuk Persatuan Pendekar Persilatan dan Seni Budaya Banten Indonesia, dan dia menjadi ketuanya. Sukses di bisnis penggilingan padi, Chasan membentuk perusahaan Sinar Ciomas. Perusahaan ini banyak mengurus proyek  konstruksi. Chasan yang jadi politisi Golkar lantas  dikenal sebagai pengusaha Banten yang sukses pada zaman Soeharto. Chasan pintar memutar otak untuk mengembangkan bisnisnya. Ia, misalnya, meman- faatkan wartawan untuk menyerang lawan bisnisnya. Uu, yang sempat berprofesi sebagai wartawan Antara dan Angkatan Bersenjata, menuturkan, sekitar tahun 1982 ia dan sejumlah warta wan diminta Chasan meliput proyek fiktif lawan bisnisnya di Teluk Lada, Banten. Saat wartawan datang, proyek jembatan tersebut memang terbengkalai. Wartawan memotret proyek fiktif itu dan disuruh memperlihatkan foto itu kepada pihak terkait di Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Uu menuruti permintaan Chasan agar menemui pejabat Pemerintah Provinsi Jawa Barat. “Ia bilang, kalau ngelihat ini, Bank Dunia enggak bakal percaya sama kita. Enggak pakai omong banyak, dia langsung kasih itu proyek-proyek ke Chasan,”
     Sinar Ciomas Raya awalnya berpusat di Bandung. Tapi, sejak tahun 2000, perusahaan tersebut dipindahkan ke Banten, tepatnya di belakang Pasar Rau. Dari luar, gedung kantornya memang tampak kumuh. Tapi, sewaktu Chasan masih hidup, semua peralatan kantornya memakai teknologi canggih. “Tempat ini dapat julukan Pentagon. Pengendalian semua aktivitas bisnis dilakukan di sana,” kata  Koordinator Jaringan Warga untuk Reformasi Banten, Oman Abdurrahman.
     Banten ditetapkan sebagai provinsi sendiri, terpisah dari Jawa Barat, pada 4 Oktober 2000 setelah disahkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat. Chasan awalnya menolak pemisahan tersebut karena takut proyeknya dengan Gubernur Jawa Barat waktu itu, Nuryana, bisa hancur. “Chasan sebetulnya tidak punya peran sama sekali. Dia enggak mendukung pembentukan Provinsi Banten karena proyek dari Jawa Barat bisa disetop,” ujar Lukman Hakiem, 72 tahun, wartawan senior Fajar Banten.
     Namun, melihat perkembangan, Chasan berbalik mendukung dan kemudian justru sukses menempatkan Ratu Atut sebagai wakil gubernur setelah Banten menjadi provinsi. Selama Atut memerintah, Chasan tidak segan bersikap keras terhadap pihak yang kritis. Dalam buku Politik Lokal di Indonesia bab Shadow State disebutkan, bersama 100 jawara, Chasan mendatangi Fraksi Amanat Bintang Keadilan (ABK), yang mensinyalir pemerintahan Atut melakukan premanisme proyek. “Saya melihat keanehan karena maling kok teriak maling,” kata Chasan, yang juga Ketua Kadin Banten, seperti diberitakan Fajar Banten pada 3 September 2003.   
     Mengatasnamakan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Banten, Chasan mengirim somasi kepada Fraksi ABK agar mencabut pernyataannya dan mengancam akan melaporkan kasus itu ke polisi. "Apa kata Abah (Chasan) bagi kami itu titah," kata salah seorang pengurus Kadin Banten. Chasan memang dikenal dengan sikap kerasnya. Uu, yang masih kerabatnya, pernah hendak dibacok dengan golok. Lukman juga pernah menjadi korban- nya. Menurut Lukman, bila ada berita yang tidak menyenangkan Chasan, dia langsung mengirim utusan. “Ia mengirim dua truk pendekar, mengancam akan membakar kantor dan lain sebagainya,” tutur Lukman.
     Chasan pernah menempeleng enam pegawai Pemerintah Kabupaten Serang gara-gara muncul berita berjudul “Kontraktor Rampok Pembangunan”. “Kira-kira enam orang dia tempelengin satu per satu, termasuk Haji Jazuli Mangkusubrata, kepala humas waktu itu. Nah, saya datang telat. Pas masuk, saya kena bacok di belakang,” cerita Lukman.  Chasan meninggal pada usia 84 tahun pada 30 Juni 2011. Ia meninggalkan tiga istri (dari enam istri, dua dicerai dan satu meninggal) serta 24 anak.
Share on Google Plus

About Unknown

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.

0 komentar:

Post a Comment