Teka-Teki kematian
Yasser arafat
“Aku bersAmAnyA dAn Aku melihAtnyA. Aku meny
AksikAn bAgAimAnAtr AnsformAsi itu d An jelAs itu bukAn perub AhAn AlAmiAh.”
Semua bermula pada 12 Oktober 2004 malam. Hanya empat jam
setelah bersantap malam di Ramallah, Yasser Arafat alias Abu Ammar mengeluh
sakit perut dan muntah-muntah. Berulang kali dia harus ke toilet karena
mengalami diare berat. Selama lebih dari dua pekan, gejala penyakit itu tak
kunjung sembuh. Berat badan Arafat melorot hampir 4 kilogram.
Tim dokternya memberikan obat thrombocytopenia
untuk mengurangi efek sakit. Tapi dokter tak kunjung bisa mendiagnosis apa
penyebab sakitnya. Semula dokter di Ramallah bahkan hanya menyangka Arafat
terkena infeksi influenza, makanya mereka tak memberikan obat antibiotik.
Kondisi pemimpin Palestina itu terus memburuk. Karena tak kunjung membaik,
deng an pe sawat pe- merintah Prancis,
Arafat diterbangkan ke Paris pada akhir Oktober. Kondisi Arafat sempat membaik,
bahkan dia sudah bisa berjalan-jalan. Tapi, pada 3 November, Arafat malah
kolaps dan koma. Dia mengalami perdarahan di beberapa organ dalam tubuhnya.
Setelah lebih dari sepekan berjuang, pada 11 November sembilan tahun lalu,
pejuang Palestina itu berpulang.
Menurut hasil penelusuran New
York Times setahun kemudian, walaupun sudah melakukan pelbagai tes, dokter
Percy Military Training Hospital, Prancis, tetap tak bisa menyimpulkan apa
penyakit yang menyebabkan perdarahan Arafat. “Kasus ini benar-benar sebu- ah
teka-teki besar,” ujar seorang dokter ahli infeksi. Muncul desas-desus bahwa
Arafat diracun oleh Israel. Ada pula yang menyangka infeksi HIV-lah penyebab
kematiannya. Dokter pribadi Arafat, Ashraf al-Kurdi, yakin bosnya itu mati
diracun. Hanan Ashrawi, pembantu dekat Arafat, juga meyakini Arafat mati
dibunuh. “Aku bersamanya dan aku melihatnya. Aku menyaksikan bagaimana
transformasi itu dan jelas, itu bukan perubahan alamiah,” kata Ashrawi.
Perdana Menteri Israel Ariel
Sharon membantah tudingan sekutu Abu Ammar. “Kami punya komitmen untuk tidak
menyakitinya. Dan komitmen itu harus dihormati,” kata Sharon, kala itu. Tes
standar yang dilakukan dokter Prancis tak menemukan jejak metal atau
obat-obatan seperti barbiturat dan amfetamin dalam tubuh Arafat. Mereka juga
tak menemukan tanda-tanda gangguan pada ginjal dan hatinya seperti halnya jika seseorang
diracun. Seorang dokter Israel mengatakan, beberapa jenis racun langka, seperti
ricin, memberikan gejala yang mirip dengan Arafat. Tapi sulit untuk membuktikan
dugaan itu, sebab Suha Arafat, istrinya, menolak autopsi.
Sedikit titik terang misteri
kematian Arafat muncul pertengahan 2012 lalu. Setelah lebih dari sembilan bulan
menginvestigasi penyebab kematian Abu Ammar, stasiun televisi Al-Jazeera
menemukan fakta mengejutkan. Pengujian terhadap beberapa barang pribadi Arafat,
seperti kafiyeh, sikat gigi, dan baju, menunjukkan ada jejak polonium.
Barang-barang pribadi Abu Ammar ini diperiksa dengan cermat di laboratorium
Institut de Radiophysique, di Lausanne, Swiss. “Aku bisa mengkonfirmasi penemuan
polonium-210 di atas normal pada beberapa barang pribadi Arafat,” kata Francois
Bochud, direktur laboratorium tersebut.
Di sikat gigi Arafat, mereka
menemukan jejak polonium sebesar 54 millibecquerel . Bahkan, pada noda air
kencing di celana dalam Arafat, kadar poloniumnya mencapai 180 millibecquerel .
Padahal, di celana dalam Arafat lainnya, hanya ditemukan polonium sebesar 6,7
millibecquerel. Unsur polonium memang bisa ditemukan bebas di alam. Tapi Bochud
menyimpulkan, polonium di pakaian Arafat tak berasal dari sumber alamiah.
Walaupun dia tak bisa
menyimpulkan apakah polonium penyebab kematian Arafat. Hasil penelitian Bochud
mengubah sikap Suha. Dia meminta pemerintah Palestina menggali kuburan suaminya dan memeriksa ulang penyebab
kematiannya. Sampel dari makam Arafat dikirim ke Prancis, Swiss, dan Rusia. “Apa
pun hasilnya sangat penting untuk mengetahui kebenaran. Bagi kami, ini seperti
sebuah penutupan. Menutup satu luka, tapi menguak luka baru, menebak-nebak siapa
yang bertanggung jawab,” kata Suha, setahun lalu.
Sembilan tahun sudah Arafat berpulang,
tapi misteri kematiannya belum juga lengkap tersingkap. Dua pekan lalu,
Francois Bochud bersama tim peneliti dari University Centre of Legal Medicine
dan Institut de Radiophysique, Lausanne, Swiss, mempublikasikan penelitian
mereka terhadap barang-barang milik Arafat di jurnal Lancet. Menurut artikel itu, Bochud dan timnya telah
menganalisis 75 sampel dari barang-barang milik Arafat. Menguatkan kesimpulan
Bochud setahun lalu, penelitian lanjutan tim peneliti dari Swiss ini juga
menemukan jejak polonium-210 di bercak darah dan urine pada pakaian dan sikat
gigi Abu Ammar. Walaupun rambut Arafat tak rontok seperti lazimnya orang yang
terpapar polonium, tapi menurut Bochud, bukan berarti dia tak keracunan
polonium.
Gejala lain yang dialami Arafat
seperti diare dan muntah-muntah merupakan gejala umum terpapar radiasi. “Tidak
semua orang menunjukkan reaksi yang sama terhadap radiasi,” Bochud menulis. Tapi
publikasi di jurnal kondang ini tak lantas membuat misteri kematian Arafat
terang-benderang. Karena tak meneliti langsung tubuh Arafat, Bochud dan timnya
tak bisa memberikan kesimpulan akhir penyebab kematian Abu Ammar. Teka-teki
kema- tian pemimpin Palestina itu semakin rumit setelah Vladimir Uiba, Direktur
Federal Biological-Medical Agency-Rusia (FMBA), mengatakan tim peneliti Rusia
tak menemukan jejak polonium di tubuh Arafat. “Dia tak diracun polonium,” kata
Uiba kepada kantor berita
Interfax, pekan lalu. Tapi, tak berselang lama dari
pernyataan Uiba, juru bicara kantor FMBA seolah malah menyanggah pernyataan
bosnya. “Kami belum mempublikasikan hasil penelitian resmi. Kami juga tak
membantah atau membenarkan berita yang beredar di media,” ujar sang juru
bicara.
Tawfik Tirawi, kepala tim investigasi
kematian Arafat yang ditunjuk oleh pemerintah Palestina, mengatakan mereka
telah menerima hasil penelitian dari tim peneliti Swiss dan Rusia. Namun,
sampai detik ini, hasil tes forensik oleh tim dari Prancis belum sampai ke tangannya. Menurut Tawfik, semua hasil uji
forensik itu baru akan diumumkan setelah lengkap. Jika terbukti Arafat mati
karena racun polonium, hasil investigasi itu akan diserahkan ke Pengadilan
Kriminal Internasional.
0 komentar:
Post a Comment