KONSPIRASI ATAU KECELAKAAN MAUT PUTRI DIANA



Teka-Teki Malam Terakhir lady Diana

Surat Seorang prajurit SAS mengungkap “rencana” pembunuhan Sang putri. investigasi resmi tak menemukan bukti.


       MalaM belum terlalu tua dan jarum jam baru melewati angka sembilan ketika Putri Diana dan pacarnya, Emad el-Din Mohamed Abdel Moneim Fayed alias Dodi al-Fayed, meninggalkan apartemen di Jalan Arsene Houssaye, Paris. Pada Sabtu malam itu, 30 Agustus 1997, keduanya berniat bersantap malam di restoran Chez Benoit di belahan timur Kota Paris. Diana dan Dodi duduk di bangku belakang mobil Mercedes yang disopiri Philippe Dourneau. Beberapa puluh meter di belakangnya, dalam mobil Range Rover, para pengawal pribadi Dodi membuntuti. Namun, entah kenapa, di tengah jalan, Dodi meminta Dourneau banting setir dan berputar arah ke Hotel Ritz Paris milik ayahnya, miliarder Mohamed al-Fayed.
       Kedatangan putra sang pemilik tiba-tiba membuat staf hotel kalang kabut. Sebab, puluhan wartawan dan paparazzi  sudah berhari-hari berkerumun di muka hotel menantikan kedatangan sang putri. Dourneau segera menelepon Henri Paul, kepala keamanan Hotel Ritz. Dia meminta Henri, yang belum lama pulang ke rumah, kembali ke hotel. Sebulan sebelumnya, Diana, yang baru setahun bercerai dengan ahli waris takhta Kerajaan Inggris, Pangeran Charles, membuat para wartawan penasaran dengan melontarkan pernyataan penuh teka-teki. “Kalian akan mendapatkan kejutan besar dengan apa yang akan aku kerjakan,” kata Diana.
        Beberapa pekan kemudian, kamera fotografer Italia, Mario Brenna, menangkap foto Diana tengah berciuman dengan Dodi saat berpesiar di Laut Mediterania. Kabar angin soal rencana pertunangan Diana deng- an Dodi semakin kencang berembus. Tak mau keting- galan berita panas tersebut, rombongan wartawan hiburan membuntuti ke mana pun pasangan ini pergi. Pada Sabtu malam itu, konon, Dodi sudah mempersiapkan cincin dan berniat melamar Diana. Setiba di Hotel Ritz, keduanya segera ke restoran Espadon. Tapi, karena restoran penuh dan tak mau membuat heboh dengan kedatangan Putri Diana, menurut Thierry Rocher, Manajer Ritz, Dodi memilih bersantap malam di kamar Imperial Suite.
        Entah apa yang mereka berdua perbincangkan di kamar itu. Benarkah Dodi melamar Diana? Lewat tengah malam, Dodi dan Diana keluar dari kamar dan berniat pulang ke apartemennya. “Kedua- nya tampak sangat bahagia... mereka tertawa dan bersenda gurau,” kata Kieran Wingfield, salah satu pengawal pribadi Dodi. Untuk mengelabui kerumunan wartawan, pasangan itu memilih kabur lewat pintu belakang hotel. Di sana sudah menunggu mobil Mercedes S280 yang dikemudikan oleh Henri Paul. Dodi dan Diana duduk   di bangku belakang, sementara pengawalnya, Trevor Rees-Jones, duduk di samping sopir. Henri menginjak pedal gas Mercedes itu dalam-dalam untuk menghindari kejaran para papar azzi.
        Nahas. Di terowongan Pont de l’Alma, mobil itu menghantam tiang terowongan. Mercedes itu ringsek. Henri Paul dan Dodi tewas seketika. Trevor terluka parah, sementara Diana masih bernapas kala itu. Princess of Wales segera dilarikan ke Rumah Sakit Pitié-Salpêtrière, tapi nyawanya tak tertolong lagi. Sekitar pukul 4 pagi, Putri Diana dinyatakan meninggal.

       Entah punya bukti apa, Mohamed al-Fayed tak pernah percaya anaknya mati karena kecelakaan. Menurut miliarder keturunan Mesir tersebut, ada persekongkolan antara keluarga Kerajaan Inggris dan Dinas Intelijen Inggris untuk membatalkan pertunangan anaknya dengan Putri Diana. “Keluarga Kerajaan Inggris tak bisa menerima seorang muslim dari Mesir menjadi ayah tiri bagi calon Raja Inggris,” kata Al-Fayed beberapa bulan setelah kematian Dodi. Dia menuding Dinas Intelijen Inggris (MI-6) dengan bantuan Badan Keamanan Amerika Serikat (NSA) dan Dinas Intelijen Amerika (CIA), atas permintaan Pangeran Philip, suami Ratu Elizabeth, yang merancang kecelakaan itu. “Aku percaya 99,9 persen dengan hatiku bahwa ini bukan kecelakaan.” Al-Fayed mengatakan Diana sudah menerima la- maran anaknya. Dodi, kata dia, sudah membeli cincin pertunangan seharga 150 ribu pound sterling.
       Putri Diana pun, Al-Fayed meyakini, tengah mengandung anak Dodi pada saat kecelakaan. MI-6 dan CIA, ujarnya, juga mengetahui hal itu karena terus memantau telepon Diana. “CIA dan NSA punya 39 dokumen sepanjang 1.054 halaman yang memuat transkrip perca kapan telepon Putri Diana saat dia bersama anakku,” ujar Al-Fayed. Mohamed al-Fayed tak percaya soal kemungkinan Henri Paul, yang mengemudi setelah minum beberapa gelas wiski, menjadi penyebab kecelakaan. “Semua orang ingin menyalahkan sang sopir. Tapi kalian harus ingat bahwa minum merupakan bagian dari gaya hidup di Paris,” kata Al-Fayed. “Banyak sekali orang mengemudi dengan alkohol di darahnya di luar sana dan bukan berarti mereka tak mampu menyetir.” Atas desakan Mohamed al-Fayed, Metropolitan Police Service, London, membuka kembali investigasi kecelakaan Putri Diana-Dodi al-Fayed, tujuh tahun setelah peristiwa itu.
        Lewat Operasi Paget, Kepolisian Metropolitan London menelisik kembali semua jejak sekitar kecelakaan itu dan mewawancarai ratusan saksi yang berhubungan dengan Diana dan Dodi men- jelang kematian mereka. Menurut kesimpulan lapor- an investigasi Operasi Paget lima tahun lalu, tak ada satu pun tudingan Al-Fayed yang terbukti. Perlahan teori konspirasi pembunuhan Diana menguap tersapu  waktu. Namun, pekan lalu, teori Mohamed al-Fayed itu hidup kembali. Adalah beberapa lembar surat dari Sersan N kepada atasannya di Pasukan Khusus Inggris (SAS) yang mengungkap “keterlibatan” prajurit SAS dalam operasi pembunuhan Diana dan Dodi. Menurut Sersan N, keterlibatan SAS itu ditutup rapat-rapat. Keberadaan surat itu terungkap dalam sidang kasus kepemilikan senjata ilegal dengan terdakwa Sersan Danny Nightingale, rekan Sersan N di SAS.
        Kepolisian Metropolitan London akan memeriksa kebenaran informasi dari surat Sersan N itu dengan hati-hati. Andy McNab, mantan prajurit SAS, menilai bukti itu hanya omong kosong belaka. “Tak masuk akal SAS terlibat dalam pembunuhan Diana,” tulis McNab di akun Twitter miliknya. Gisele Paul, ibu Henri Paul, menyambut gembira “bukti” baru tersebut. “Aku percaya ada sebuah rencana untuk membunuh sang putri malam itu,” Gisele, 83 tahun, mengatakan pekan lalu. Mohamed al-Fayed sendiri, kini 84 tahun, tak lagi bersemangat membuktikan teori konspirasinya. “Sudah cukup... demi kebaikan dua pangeran, yang aku tahu sangat mencintai ibunya. Aku menyerahkan semuanya kepada Tuhan untuk membalaskan dendamku. Tapi aku tak akan melakukan apa pun lagi,” ujar Al-Fayed.
Share on Google Plus

About Unknown

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.

0 komentar:

Post a Comment