Era Media Cetak (BeluM) Berakhir
Di AmerikA Serikat, kemajuan
teknologi Digital membuat orang mulai meninggalkan media cetak. bagaimana Dengan
indonesia?
Tulisan ini tercetak besar-besar di sampul edisi
terakhir majalah News week. Dalam edisi yang terbit 24 Desember lalu, majalah
yang Februari 2013 nanti genap berumur 80 tahun ini memilih foto kantor- nya di
Manhattan, New York sebagai sampulnya. Ironisnya, hastag yang digunakan seolah menggambarkan apa yang membuat
majalah ini terpaksa berubah format. Kemajuan era digital telah ‘membunuh’ News
week. Memasuki 2013, Newsweek hanya akan terbit secara online lewat Newsweek Global yang bisa diakses dengan
aplikasi berlangganan. Pilihan sulit ini sudah diumumkan Oktober lalu. Ala- san
yang diungkap saat itu adalah jumlah pembaca yang terus turun sehingga
berpengaruh juga pada pengiklan.
Newsweek yang sangat disegani di kalangan
media AS, sempat mencatat oplah hingga 3,1 juta. Namun saat ini angka itu
tergerus hingga separuhnya saja. Pendapatan iklan juga terus menurun. Tahun
lalu Newsweek disebutkan merugi hingga US$ 40 juta. Alasan inilah yang membuat
Washington Post Company menjualnya ke Sidney Harman seharga US$ 1 pada 2010.
Harman kemudian menggandeng Daily Beast untuk terus menghidupkan Newsweek.
Namun ini tak mampu ‘menyelamatkan’ majalah yang mulai terbit pada Februari
1933 ini, hingga akhirnya memu- tuskan bertransformasi menjadi media online.
Tranformasi ini akan membuat Newsweek menghemat hampir 40% ongkos
produksi, seperti cetak, peng iriman dan distribusi. Namun langkah ini juga
akan membuat Newsweek kehilangan pengiklan cetak yang secara tradisional
membayar lebih mahal dibanding saat beriklan di media online. Chief in
Editor Newsweek, Tina Brown menyebut keputusan ini juga tak lepas dari
perkembangan teknologi digital. Ia yakin suatu hari nanti, langkah serupa juga
akan dilakukan para pesaingnya. “Kami berada di depan dari kurva ini,” ujarnya
sambil mengakui persaingan di dunia online juga tak mudah. Namun ia tetap optimis. Pasalnya
pengunjung Newsweek Global terus meningkat. Dan saat ini mencapai 15 juta
pengunjung per bulan, meningkat 70% diban ding tahun lalu. Ia makin optimis
karena pengguna tablet di AS juga meningkat pesat, dari 13 juta orang pada 2011
menjadi 70 juta orang tahun ini. Ini menjadi pasar yang siap digarap.
Pada 1990, pendiri Microsoft,
Bill Gates memang pernah meramal pada 2000-an era media cetak akan berakhir.
Digantikan oleh teknologi berbasis teks elektronik (digital). Belakangan Gates
memang merevisi bahwa hal ini baru akan terjadi 50 tahun ke depan. Perkiraan
Gates itu kini kian nyata, walau masih terbatas di Amerika Serikat. Seiring
dengan mening katnya pengguna telepon pintar dan komputer tablet, pembaca media
cetak pun terus berkurang. Lalu bagaimana di Indonesia?
Pengguna tablet di In donesia
memang terus bertambah. Pada 2011 pengguna tablet diperkirakan mencapai satu
juta orang dan angkanya akan terus bertumbuh. Media-media majalah yang mulai terbit 1933 cetak juga mengarah ke teknologi digital. Namun, era
media cetak belum akan habis. “Setelah 10 tahun ke de- pan misalnya, barangkali
media cetak baru benar- benar beralih menjadi sebuah media digital,” ujar
pengamat media dari Universitas Indonesia, Ade Armando.
Sejumlah media memang
mempertimbangkan untuk bertransformasi menjadi media online, seperti
yang dilakukan Tempo dan Kompas. Namun mereka masih berpikir tentang dua ceruk
pasar yang berbeda, sehingga masih menjadi dua entitas yang berbeda. “Bisa saja
mereka melakukannya dalam rangka menyiapkan diri. Kalau akhirnya harus beralih
ke on-line mereka sudah siap,”
ujarnya. Secara tradisional, masyarakat Indonesia juga masih membutuhkan media
cetak. Selain juga ha- rus diperhatikan jaring an internet di Indonesia belum
semaju negara-negara lain.
Jadi walaupun ada media cetak
yang akan beralih ke digital, tetap media cetak yang sudah mempunyai banyak
pembaca belum akan ditinggalkan. Di Indonesia, pengiklan-pengiklan juga masih
ber- pikir dua kali kalau hanya beriklan di media online. “Pengiklan
untuk online hanya terkonsentrasi
pada media online besar, seperti
detik.com,” ujar Ade sambil menambahkan belanja iklan terbesar itu saat ini
masih disedot televisi (62%), disusul media cetak (35%) dan majalah/tabloid
serta online (3%).
0 komentar:
Post a Comment