ALUTSISTA BUATAN DALAM NEGERI
SEBUAH panser beroda enam dengan
kanon kaliber 90 mm terparkir penuh wibawa di anjungan PT Pindad. Berbeda
dengan Anoa, yang merupakan kendaraan angkut personel, pans- er yang dipamerkan
dalam pameran teknologi persenjataan Indo Defence 2014 di Kemayoran, Jakarta, 5
November lalu, itu masuk kategori jenis kendaraan tempur. Saat membuka pameran,
Wakil Presiden Jusuf Kalla, menggunakan tinta emas, mem- bubuhkan tanda tangan
sekaligus menuliskan
lima
huruf kapital pada papan penamaan: BADAK. “Semoga proyek ini dapat diteruskan.
Harus diteruskan,” kata Kalla sesaat kemudian. Saat menjadi wapres pada
2004-2009, Kalla pulalah yang memberi nama Anoa untuk panser produksi Pindad
pada 2008. Panser Anoa telah mengangkat nama Pindad sebagai perusahaan industri
pertahanan terkemuka yang memproduksi kendaraan tempur dengan kualitas mumpuni.
Sebelum diputuskan panser yang dileng- kapi kanon tersebut bernama Badak,
petinggi Pindad sempat mengusulkan nama Banteng. Namun usul itu tidak disetujui
karena banteng identik dengan PDI Perjuangan, partai utama pengusung Presiden
Joko Widodo. “Nanti dianggap terlalu politis,” bisik salah satu staf Pindad
Selain panser, Pindad memproduksi senapan
serbu unggulan berkaliber 7,62 mm. Di arena pameran Indo Defence, Jusuf Kalla
sempat memperhatikan dengan saksama senapan tersebut. “Wah, berat juga, ya,”
kata Kalla sam bil mengangkat-angkat senapan. Saat Menteri Energi dan Sumber
Daya Mineral Sudirman Said, yang sebelumnya men- jabat Direktur Utama PT
Pindad, menjelaskan spesifikasi senjata itu, Kalla berujar, “Wah, bahaya juga
ini, ya.” Ia menaruh kembali senapan ke raknya. Sebelumnya, saat memberikan
sambutan, Kalla menegaskan, memiliki alat utama sistem persenjataan bukan
berarti Indonesia akan ber- perang dan saling bunuh.
Sebaliknya, berbagai peralatan tempur
yang dimiliki, diproduksi, atau masih dalam pengembangan difungsikan lebih
untuk menjaga perdamaian. “Alat militer bukan hanya untuk berperang, tapi untuk
menjaga negara,” kata Kalla seraya merujuk kalimat John F. Kennedy. Salah satu
ucapan terkenal mantan Presiden Amerika Serikat itu adalah, “It is an
unfortunate fact that we can secure peace only by preparing for war.” Dalam
Indo Defence 2014, Pindad menampil- kan berbagai macam produk pertahanan dan
keamanan andalannya, seperti senapan serbu, senapan runduk, senapan mesin,
senjata geng- gam, amunisi kaliber kecil, amunisi kaliber besar, serta amunisi
khusus.
Panser Badak lahir dari hasil studi dan
kerja sama Pindad dengan tim dari Cockerill Main- tenance & Ingenierie SA
Defence (CMI) Belgia. Pindad bertugas mengembangkan kendaraan tempur dengan
basis rancang bangun Anoa yang dimodifikasi menggunakan teknologi double
wishbone independent suspension untuk menjaga kestabilan kendaraan saat
menembakkan kanon 90 mm-nya. Sedangkan CMI memproduksi kanonnya. Meriam berulir
90 mm dilengkapi senapan mesin koaksial 7,62 x 51 mm NATO di sebelah kiri.
Pindad memberi jaminan bahwa Badak dengan kulitnya yang keras memenuhi standar
NATO STANAG 4569 Level III. Atau mampu menahan impact peluru 7,62 x 51
mm AP (Ar- mor Piercing) standar NATO dari jarak 30 meter.
Meski sistem persenjataannya dibuat oleh
perusahaan Belgia, Pelaksana Tugas Direktur Utama PT Pindad Tri Hardjono
menjamin ada proses alih teknologi dalam memproduksi sis- tem persenjataan
kanonnya tersebut. “Pertengahan tahun depan Pindad dan Cockerill akan memulai
fase joint production turret atau sistem persenjataan dengan kanon 90
mm,” ujar Tri.
Undang-Undang Industri Pertahanan yang
disahkan pada 2012 memang menargetkan tercapainya kemandirian senjata untuk ke-
butuhan TNI pada 2029. Undang-undang itu juga mewajibkan penghentian penggunaan
produk impor jika industri domestik mampu meme
n uhinya. “Suka atau tidak suka, undang- undang mengamanatkan offset
industri per- tahanan kita adalah 35 persen,” kata Menteri Pertahanan Ryamizard
Ryacudu.
Offset adalah istilah yang dipakai untuk menyebut tingkat pencapaian alih
teknologi dari luar ke dalam BUMN strategis saat ini diklaim sudah mencapai 35
persen, bahkan lebih. Berkah lain dari Undang-Undang Nomor 16/2012 yang
dinikmati produsen senjata Indo- nesia adalah pintu alih teknologi yang terbuka
lebih lebar. Misalnya produksi tank Anoa yang mulanya harus memakai rangka
buatan VAB serta mesin hasil impor dari pabrikan otomotif dan senjata Prancis,
Renault. Kasus yang sama terjadi pada amunisi ukur - an besar, 105 mm, yang
mulanya dibeli dari Korea Selatan. Pabrikan Korea Selatan kemu- dian mengajari
Pindad soal mekanik dan teknik fuse-nya, dan terpaksa puas jadi pemasok
kom-ponen.
Selain
mengembangkan panser dengan kanon, Pindad melakukan inovasi dengan mengembangkan
Anoa versi amfibi. Anoa amfibi itu dipamerkan saat Ryamizard meninjau pabrik
itu di Bandung pada 10 November lalu. Berkat dua baling-baling penggerak di
bagian belakang, Anoa mampu berputar-putar dalam air, lalu melewati tanjakan
cukup terjal. Sebelumnya, Anoa amfibi tersebut su- dah dicoba di Waduk
Jatiluhur, Jawa Barat. Penampilannya tak mengecewakan. Pengem- bangan panser
jenis ini, kata dia, diperlukan guna menyokong visi maritim. “Paling tidak di
pinggir-pinggir, tepi-tepi pantai, di rawa-rawa,” ujar Ryamizard. Secara
teknis, menurut Tri, rancang bangun Anoa tersebut kurang-lebih sama dengan
versi angkut biasa. Namun, agar bisa mengembang di air, ditambahkan pelampung
di kedua sisi. “Juga ada dua propeler di bagian belakang dan penahan air di
bagian depan,” ujarnya. Panser kanon dan Anoa amfibi merupakan varian terbaru
Anoa yang diproduksi Pindad. Sebelumnya, Pindad memproduksi varian un- tuk
ambulans, angkut personel, komando, re- covery, dan logistik. Awalnya
produksi Anoa sangat terbatas.
Angin segar untuk menggenjot produksi
Anoa muncul ketika pemerintah memesan 150 Anoa senilai lebih dari Rp 1 triliun
untuk TNI. Panser- panser tersebut berhasil diproduksi dan diope- rasikan oleh
TNI mulai 2009. Sampai saat ini Pindad sudah mengirimkan 258 Anoa untuk
memenuhi kebutuhan TNI. Salah satu peran Anoa dalam misi militer yang digunakan
TNI adalah dalam misi pasu- kan perdamaian dari Indonesia di Perserikatan
Bangsa-Bangsa. Satgas Indo Force Protection Company TNI Kongo XXVI-D2/UNIFIL.
Kehadiran Anoa di luar negeri tidak hanya berfungsi sebagai peralatan tempur,
tapi juga menjadi kebanggaan karena kehadiran Anoa diakui oleh dunia
internasional.
Semua kendaraan tempur yang dioperasikan
oleh pasukan PBB harus memenuhi standar internasional. Selain panser, Pindad
akan mengembangkan tank kelas medium dengan berat 25-35 ton. Tank ini akan dilengkapi
dengan sistem persenjataan meriam kanon 105 mm. Proyek ini akan bekerja sama
dengan FNSS Defence System Turki. “Hull atau body system-nya kita
akan kerja sama dengan FNSS,” ujar Tri. Sementara itu, sistem senjatanya akan
dibuat bekerja sama dengan CMI Belgia.
Selain ke Pindad, Ryamizard mengunjungi
PT Dirgantara Indonesia. Rupanya, selain terkenal dengan pesawat CN-235,
perusahaan yang di- rintis B.J. Habibie itu sudah mengembangkan pesawat terbang
tanpa awak (PTTA). “Kami sudah siap menyelesaikan tiga unit drone untuk
memperkuat sistem pertahanan dan keamanan nasional,” kata Direktur Utama PT
Dirgantara Indonesia Budi Santoso. Untuk produksi tahap awal, ia menjelaskan,
PTTA Wulung KX-0001 mampu mengangkut beban 120 kilogram. Ke depan, pihaknya
akan mengembangkan PTTA yang bisa membawa beban hingga 400 kilogram.
Rencananya, akhir tahun ini, ia melanjutkan, PT Dirgantara Indonesia akan
mengirim drone tersebut kepada Kementerian Pertahanan RI.
0 komentar:
Post a Comment