Lumbung Padi Ketan Banjarnegara
SATELITPOST, BANJARNEGARA - SECARA turun-temurun, petani padi di Desa Sirukun Kecamatan Kalibening mewariskan tradisi menanam padi ketan jenis Panjang dan jenis Bandung. Berbekal ilmu menanam dari leluhur, petani desa setempat sukses menjadi penghasil beras ketan. Karena tak setiap desa memiliki tradisi menanam padi ketan, maka setiapmusim panen padi ketan Desa Sirukun laris manisdipesan pengusaha wajik atau ketan dari beberapa tempat, termasuk pembuat wajik KlethikKalibening.Menurut Kepala Desa Sirukun, Karpi, total lahan yang ditanami padi seluas 93 hektare dan 9 hektar di antaranya ditanami padi ketan jenis Panjang dan Bandung. "Ketan Panjang lebih mahal dari pada ketan Bandung. Hal itu karena ketan Panjang lebih lengket, lembut dan pulen dari pada ketan Bandung," katanya.Di tingkat petani, harga beras ketan Panjang dijual berkisar Rp 15 ribu per kilogram. Sedangkan beras ketan Bandung hanya Rp 11-12ribu per kilogram. Menanam padi ketan Panjang dibutuhkan kesabaran karena usia tanam hingga panen lebih lama dari pada padi biasa. "Padi ketan Panjang bisa sampai lima bulan baru panen. Selain itu, saat panen juga menggunakan ani-ani atau tidak menggunakan alat seperti biasanya," katanya.Penggunaan ani-ani dikarenakan padi ketan isinya berat dan mudah rontok sehingga saat panen harus dilakukan batang demi batang.Saat ini, Pemerintah Desa (Pemdes) Sirukun berupaya menambah luas lahan tanam padi ketan tersebut mengingat permintaan semakin meningkat seiring dengan mulai diminatinya wisata kuliner.Upaya perluasan tersebut dilakukan mengingat akhir-akhir ini mulai banyak petani yang meninggalkan padi ketan Panjang dengan alasanterlalu lama untuk panen. "Pemdes selalu berusaha memotivasi petani agar mau menambah luas padi ketan panjang dengan memberikan pengertian tingginya nilai ekonomis termasuk melibatkan beberapa instansi lainnya," katanya.Selain itu, Pemdes juga berusaha memperluas jangkauan pasar padi ketan tersebut secara permanen agar warga tidak menjual pada tengkulak.(gat)
0 komentar:
Post a Comment